MUNAS 3 PBMTI Dan Peluncuran Gerakan Bangga Koperasi

BMT BUM - Jakarta , Gerakan Baitul Mal wa Tamwil (BMT) sudah melalui beberapa tahapan perjuangan. Pertama, era perjuangan rintisan beroperasi padatahun 1980-an, yang berlangsung sekitar lima belas tahun. Banyak BMT didirikan oleh berbagai komunitas, seperti: forum pengajian, komunitas dakwah kampus, organisasi massa dakwah, takmir masjid, dan binaan dari lembaga sosial tingkat nasional. Sebagian besarnya hanya bertahan selama beberapa tahun.Kedua, era pertumbuhan pesat pada pertengahan tahun 1990-an yang berlangsung sekitar lima belas tahun pula. Sebagian BMT era rintisan ditambah dengan BMT-BMT yang didirikan kemudian mampu beroperasi secara sustain, bahkan tumbuh kembang. Ketiga, era stabilitas perkembangan selama sepuluh tahun terakhir. BMT-BMT memang tidak lagi tumbuh sepesat era sebelumnya, dan menuju kepada laju perkembangan yang wajar dan sehat.
Era stabilitas tersebut membuat para pejuang BMT mulai memberi perhatian lebih besar kepada upaya menjadikan BMT sebagai salah satu sokoguru perekonomian Indonesia. Namun, bukan sekadar perekonomian sebagaimana adanya kini, melainkan yang bercirikan masyarakat produktif, sejahtera, dan diberkahi oleh Allah SWT. Gerakan BMT tampak semakin bertekad memperbesar kemanfaatannya sehingga mampu berkontribusi mengubah struktur dan sistem ekonomi yang operasional kini, khususnya struktur dan sistem keuangan nasional.
Kondisi terkini, jutaan orang bisa dilayani oleh ribuan BMT dengan jaringan kantor dan jejaring usahanya. Puluhan ribu pegiatnya secara langsung bisa “hidup”, bekerja sekaligus berjuang, dalam gerakan BMT. Ratusan ribu usaha produktif, sebagian besar berukuran mikro (sangat kecil), dapat dibantu untuk bertumbuh atau sekurangnya mempertahankan diri. Ratusan ribu orang lainnya berhasil ditolong dari keadaan darurat dalam memenuhi kebutuhan hidup yang vital.
Berdasar data Perhimpunan BMT Indonesia, dilengkapi pencermatan atas data Pinbuk, data World bank, data kementerian koperasi, dan data lainnya, maka diperkirakan ada sekitar 3.900 BMT yang operasional sampai dengan akhir tahun 2014. Sebagian BMT yang sebelumnya ada dalam daftar Pinbuk memang tidak aktif lagi, namun banyak pula yang baru bermunculan. Total aset yang dikelola mencapai nilai Rp 15 trilyun, nasabah yang dilayani berjumlah sekitar 3,5 juta orang, dengan jumlah pekerja yang mengelola sekitar 20.000 orang.
Dengan demikian, BMT secara faktual berkembang menjadi salah satu lembaga keuangan mikro (LKM) penting di Indonesia, baik dilihat dari kinerja keuangan maupun jumlah masyarakat yang bisa dilayaninya. Segala kelebihan yang biasa dimiliki oleh LKM pun menjadi karakter BMT. Salah satunya, sebagaimana banyak diketahui, LKM lebih tahan terhadap goncangan perekonomian akibat faktor eksternal Indonesia, sebagaimana yang dibuktikan pada era krisis ekonomi 1997/98. Selain itu, hampir semua BMT yang sudah operasional dengan baik berbadan hukum dan beroperasi sebagai koperasi. Sehingga, perkembangan BMT menguatkan gerakan koperasi di Indonesia.
Dinamika BMT memberi kontribusi cukup besar pula bagi meningkatnya kepercayaan masyarakat pada nilai-nilai luhur.Baik yang berasal dari Islam secara syariah, maupun dari yang memang secara fitri merupakan bawaan manusia. Gairah untuk saling tolong menolong, memberi dan menerima, tanpa disertai rasa keangkuhan maupun rasa rendah diri, mulai berhasil ditegakkan kembali. Kepercayaan diri sebagai manusia bermartabat, serta kepercayaan kepada orang lain jugasebagai manusia yang bermartabat, ditambah dengan rasa optimis menghadapi persoalan ekonomi, perlahan-lahan berhasil ditumbuhkan.
Dalam hal organisasi jaringan, Perhimpunan BMT Indonesia (awalnya dikenal sebagai BMT Center) diprakarsai oleh 12 BMT dan disetujui oleh 96 BMT pada saat deklarasi pendiriannya. Deklarasi resmi dilakukan pada hari Selasa, 14 Juni 2005 bertepatan dengan 7 Jumadil Awal 1426 H, bertempat di Gedung Mandiri Club Jl. Mataram I No 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Deklarasi dilakukan bersamaan dengan penyelenggaraan acara “Shariah Micro Finance Summit 2005” yang mengusung Thema“Urgensi Perhimpunan BMT Indonesia Dalam Meningkatkan Kualitas dan Peranan Lembaga Keuangan Mikro Syariah”. BMT summit 2005 itu juga merupakan Musyawarah nasional (Munas) ke I, yang menetapkan pula susunan Dewan Pengurus Pusat periode 2005-2010. Kegiatan pada periode pertama kepengurusan ini memang lebih banyak bersifat perkenalan, sosialisasi dan konsolidasi organisasi, serta pembentukan beberapa organ atau jejaring organisasi Perhimpunan. Termasuk pula mencari pola hubungan dengan berbagai asosiasi atau kumpulan BMT lainnya, baik yang bersifat regional atau nasional, yang hadir lebih dulu maupun beberapa waktu kemudian.
Munas dilakukan untuk kedua kalinya pada April 2010 di Park Hotel, Jakarta untuk menetapkan DPP periode 2010 – 2015. Munas kedua ini juga menetapkan banyak aturan main yang lebih detil dan terinci, serta berbagai pedoman yang menjadi acuan untuk operasional BMT-BMT anggota. Kebijakan umum mengenai pola hubungan dengan asosiasi atau komunitas BMT selain Perhimpunan pun sudah ditentukan. Munas menetapkan pula naskah Haluan BMT 2020, semacam cetak biru gerakan BMT, dengan rekomendasi penyempurnaan redaksionalnya oleh suatu tim perumus.
Perkembangan gerakan BMT sekitar 3 dekade, dan kehadiran organisasi Perhimpunan BMT Indonesia selama 10 tahun, disadari masih belum optimal jika dilihat dari potensi yang jauh lebih besar. Ada banyak kendala dan tantangan dalam operasional, serta masih belum ada dukungan penuh dari beberapa pihak yang sebetulnya dibutuhkan. Tantangan internal terpenting diantaranya adalah: soal kepatuhan syariah (syariah compliance), soal mempertahankan idealisme gerakan, soal profesionalisme pengelolaan, soal pengembangan sumber daya insani, dan soal kerjasama antar BMT. Sementara itu, tantangan eksternal yang utama adalah: dinamika makroekonomi, masalah kemiskinan yang masih menghantui perekonomian Indonesia, dinamika sektor keuangan yang belum menempatkan keuangan mikro sebagai pilar utama, serta masalah legalitas dan regulasi untuk BMT.
Musyawarah Nasional Perhimpunan BMT Indonesia Ketiga yang akan diselenggarakan pada 6 – 8 Oktober 2015 memiliki posisi strategis. Secara organisasi, Munas kali ini diselenggarakan pada saat hampir semua aturan main dan perangkat organisasi yang modern dan profesional sudah dimiliki serta berjalan cukup baik. Di sisi lain, BMT-BMT sudah mengalami perkembangan yang relatif stabil. Kedua kondisi yang menggembirakan tersebut sekaligus ditandai oleh berbagai tantangan baru yang justeru semakin berat. Semua tantangan ternyata membutuhkan kejelasan posisi dan peran BMT dalam dinamika berbangsa bernegara.
Kesejarahan, pengalaman operasional, kajian ilmiah dan kajian normatif, serta pertimbangan utama lain membuat Perhimpunan dan BMT-BMT anggotanya semakin mantab menempatkan diri sebagai bagian dari gerakan koperasi Indonesia. Disadari sepenuhnya bahwa tahap perkembangan lanjutan dari BMT adalah mengoptimalkan jaringannya sebagai koperasi dan bagian dari gerakan koperasi Indonesia. Baik dalam rangka perbaikan dan pembenahan internal maupun penguatan posisi sosial ekonomi dalam kehidupan bernegara. Oleh karenanya, Munas kali ini dirangkai dengan peluncuran Gerakan Bangga Koperasi (GBK). Bahkan, Perhimpunan bertekad menjadi inisiator utama dari GBK.
Setelah penutupan Munas, namun masih merupakan bagian dari rangkaian acara Munas, Perhimpunan meneruskan tradisi muhibah ke luar negeri selama tiga hari. Muhibbah Perhimpunan tiap dua tahun dirancang sebagai bagian proses pembelajaran, menambah wawasan, menggali inspirasi, komunikasi dan publikasi. Tujuan lokasi pada tahun 2015 ini adalah Brunei Darussalam.
*http://munas3pbmtindonesia.com/index.php/author/admin/